Friday, November 27, 2009

REAKSI KUPLING DIAZONIUM : SINTESIS KOMBINATORIAL “AZO DYES”

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
REAKSI KUPLING DIAZONIUM
SINTESIS KOMBINATORIAL “AZO-DYES”

Disusun oleh:
Syifa Asatyas
10507088

Tanggal Praktikum : 17 Maret 2009
Tanggal pengumpulan laporan : 24 Maret 2009


LABORATORIUM KIMIA ORGANIK
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2009



Tujuan
Menentukan faktor retensi (Rf) masing-masing senyawa hasil sintesis kombinatorial
Menentukan warna masing-masing senyawa azo-dyes yang disintesis

Teori Dasar
Garam diazonium merupakan senyawa antara sistesis yang bermanfaat, salah satunya dalam reaksi kupling diazonium. Nitrogen ujung pada kation diozonium digunakan sebagai suatu elektrofil dalam suatu reaksi substitusi elektrofilik pada aromatic. Sebagian besar produk tipe reaksi kupling diazonium berwarna cerah, dikenal dengan “azo-dyes”. Sintesis kombinatorial dibutuhkan untuk menyediakan beragam jenis senyawa dengan beragam fungsi dalam serangkaian reaksi yang dilakukan bersamaan. Dua pendekatan yang dapat dilakukan yaitu sintesisi parallel dan sintesis split. Dalam system parallel, tiap senyawa dibuat secara individu dan beragam uji dilakukan secara terpisah untuk tiap senyawa. Sedangkan sintesis split hasil ujinya memerlukan proses deconvolution (pemisahan campuran).
Dalam percobaan ini akan dibuat serangkaian senyawa “azo-dyes” dari beberapa variasi reaktan. Hasil sintesis dianalisis dengan kromatografi kertas.

Data Pengamatan
Reagen Pengamatan
Sumber garam diazonium Reagen Pengupling Warna larutan Jarak noda (cm)
3-nitroanilin 1-naftol Ungu pekat 2.1 dan 2.9 cm
3-nitroanilin 2-naftol Merah 2.6 cm
3-nitroanilin Resorsinol Merah bata 3.0 cm
Asam sulfanilat Asam salisilat Orange 3.3 cm
Asam sulfanilat 4-nitrofenol Kuning 3.0 cm

Perhitungan
Reagen pengupling (yang digunakan praktikan):
1-naftol 0.0051 mol
Mr 1-naftol = 144.17 gr/mol
Massa 1-naftol yang digunakan = Mr x n = 144.17 gr/mol x 0.0051 mol = 0.73 gr

Penentuan Rf:
Jarak eluen = 3.5 cm
Rf = (jarak noda)/(jarak eluen)
Sumber garam diazonium 3-nitroanilin,
reagen pengupling 1-naftol
Rf1 = (2.1 cm)/(3.5 cm)=0.6
Rf2 = (2.9 cm)/(3.5 cm)=0.8285
Sumber garam diazonium 3-nitroanilin,
reagen pengupling 2-naftol
Rf = (2.6 cm)/(3.5 cm)=0.7428
Sumber garam diazonium 3-nitroanilin,
reagen pengupling resorsinol
Rf = (3.0 cm)/(3.5 cm)=0.8571
Sumber garam diazonium Asam sulfanilat,
reagen pengupling asam salisilat
Rf = (3.3 cm)/(3.5 cm)=0.9428
Sumber garam diazonium Asam sulfanilat,
reagen pengupling 4-nitrofenol
Rf = (3.0 cm)/(3.5 cm)=0.8571


Pembahasan
Dalam percobaan ini praktikan menggunakan 3-nitroanilin sebagai sumber garam diazonium dan reagen pengupling 1-naftol. Dalam pembentukan garam diazonium, digunakan Natrium Nitrit (NaNO2) dan HCl pekat. HCl pekat akan menghidrolisis natrium nitrit sehingga terbentuk asam yang akan dihidrolisis oleh larutan HCl pekat menjadi asam nitrit. Asam nitrit ini akan berkontribusi memberikan gugus N-nya pada 3-nitroanilin untuk membentuk suatu garam diazonium. Gugus N pada ujung kation diazonium inilah yang akan berperan sebagai elektrofil yang akan menyerang reagen pengupling. Reaksi yang terjadi:
(jiaah gambar mekanisme reaksi dari chemdrawnya ga bisa masuk)
Produk hasil reaksi kupling diazonium yang dihasilkan memang memiliki warna yang cerah, dan menghasilkan warna yang khas untuk masing-masing kombinasi garam diazonium dengan reagen penguplingnya. Reagen pengupling 1-naftol dengan sumber garam diazonium 3-nitroanilin menghasilkan senyawa azo-dyes berwarna ungu pekat, reagen pengupling 2-naftol dengan sumber garam diazonium 3-nitroanilin menghasilkan senyawa azo-dyes berwarna merah, reagen pengupling resorsinol dengan sumber garam diazonium 3-nitroanilin menghasilkan senyawa azo-dyes berwarna merah bata, reagen pengupling asam salisilat dengan sumber garam diazonium asam sulfanilat menghasilkan senyawa azo-dyes berwarna orange, dan reagen pengupling 4-nitrofenol dengan sumber garam diazonium asam sulfanilat menghasilkan senyawa azo-dyes berwarna kuning.
Identifikasi senyawa-senyawa azo-dyes ini dilakukan dengan kromatografi lapis tipis. Sebelum KLT dilakukan, kristal-kristal yang terbentuk disaring dengan corong Buchner. Namun kristal dari reagen pengupling 1-naftol dengan sumber garam diazonium 3-nitrofenol tidak terbentuk, sehingga tidak dilakukan penyaringan vakum terhadap produk yang berwarna ungu pekat ini. Ini disebabkan tidak seluruh senyawa 1-naftol bereaksi dengan garam diazonium karena proses pelarutan 3-nitroanilin (dan natrium nitrat) dalam HCl pekat kurang baik, sehingga hasil reaksi yang diinginkan kurang maksimal.
Eluen yang digunakan dalam kromatografi adalah isopropanol 20% (isopropanol : air = 2 : 8). Dengan demikian senyawa yang memiliki Rf paling besar merupakan senyawa yang paling polar. Ini disebabkan eluen yag digunakan bersifat polar, sehingga senyawa yang juga bersifat polar akan terikat lebih lama dalam fasa gerak (eluen) dan jarak nodanya akan lebih panjang dbandingkan senyawa lain. Senyawa yang memiliki Rf paling besar adalah produk dari reagen pengupling asam salisilat dengan sumber garam diazonium asam sulfanilat.
Senyawa azo-dyes dari reagen pengupling 1-naftol dan sumber garam diazonium 3-nitroanilin menghasilkan 2 noda dalam KLT. Ini menunjukkan dalam senyawa azo-dyes berwarna ungu ini masih terkandung pengotor atau terkandung senyawa lain yang memiliki kepolaran berbeda. Salah satu noda memiliki Rf 0.6 dan yang lain 0.8285. Adanya jarak pada kedua ini menunjukkan adanya dua senyawa yang berbeda dengan struktur yang berbeda sehingga memiliki kepolaran yang berbeda pula.

Kesimpulan
Faktor retensi (Rf) masing-masing senyawa hasil sintesis kombinatorial:
Sumber garam diazonium 3-nitroanilin dengan reagen pengupling 1-naftol
Rf1 =0.6 dan Rf2 =0.8285
Sumber garam diazonium 3-nitroanilin dengan reagen pengupling 2-naftol
Rf =0.7428
Sumber garam diazonium 3-nitroanilin dengan reagen pengupling resorsinol
Rf =0.8571
Sumber garam diazonium Asam sulfanilat dengan reagen pengupling asam salisilat
Rf =0.9428
Sumber garam diazonium Asam sulfanilat dengan reagen pengupling 4-nitrofenol
Rf = 0.8571

Warna masing-masing senyawa azo-dyes yang disintesis yaitu dengan sumber garam diazonium dan pengupling 1-naftol, 2-naftol, dan resorsinol berturut-turut ungu pekat, merah, dan merah bata. Sedangkan dengan sumber garam diazonium asam sulfanilat dan pengupling asam salisilat dan 4-nitrofenol berturut-turut orange dan kuning.

Daftar Pustaka
Solomons, T.W. Graham. 2004. Organic Chemistry. John Wiley & Sons. Hlm:665
Pasto, D.J, Johnson, C.R. Miller, M.J. 1992. Experimental Organic Chemistry. Prentice Hall, Engelwood Cliffs. New Jersey.
Wilcox, C.F. dan Wilcox, M.F. 1998. Experimental Organic Chemistry. A Small Scale Aproach. Prentice Hall, Engelwood Cliffs, New Jersey.

Thursday, November 26, 2009

Monday, November 23, 2009

Saturday, November 21, 2009

sekarang

Ketika batas menjadi pucat
Seharusnya kau tahu
Ada yang tak bisa ditebak
Ketika hati menjadi hilang
Seharusnya aku tahu
Selalu ada jalan untuk perbaikan
Ketika mimpi masih hanya dapat dilihat
Seharusnya aku tahu
Masih ada kemauan untuk menjadi nyata
Ketika lupa membuat daya terlena
Aku harus tahu
Tak ada waktu untuk menunda pembenahan

Wednesday, November 18, 2009

penjaga gawang

Adik saya ikut tim sepak bola di sekolahnya, waktu libur kmrn saya ga sengaja ngobrol gini sama dia pas lagi nonton tayangan sepak bola d tv:

(oh ya biar lebih gampang, adik saya dipanggil awi)

sifa: wi, klo kamu jadi kiper, terus ada bola ke arah gawang dan yg bisa nahan bola itu cuma kepala kamu, padahal klo ngorbanin kepala bwt nahan bola itu bisa sampe pusing ato cidera, gmn? mending ngorbanin kepala, apa ngorbanin gawang kebobolan bola?

awi : ya mendingan pusing lah

sifa: beneran?

awi: ya iyalah, klo kiper mah emang udah resiko

sifa: klo seandainya pas di posisi itu kamu bkn kiper?

awi: ya liat2 keadaan sekitar (ada yg bisa nahan bola g selain awi )

sifa: klo posisi yg bisa nahan bola itu kebetulan cuma kepala kamu gimana?mendingan kepala kamu yg dikorbanin jg?

awi : ya iyalah...


SEANDAINYA,
org2 yg kebetulan bertugas menjaga negara ini bener2 rela ngorbanin kepentingan dirinya untuk masyarakat negrinya kayak para pemain bola, negeri kita tingkat kebobolan kemiskinan kesengsaraan dan kemelaratan rakyatnya akan berkurang kalinya??

misalnya, presiden,wapres, menteri, anggota DPR rela digaji 5 jutaaj per bulan, ato rela cuma digaji 30% dari gaji yg seharusnya, 70% nya dialihkan untuk biaya peningkatan kualitas pendidikan, bayar hutang negara, atau buat biaya rumah sakit org2 yg bner2 g mampu dan membutuhkan. Kan lumayan tu, lagian kayaknya para penguasa pemerintahan negara ini sebenernya udah pada kaya...

mungkin jadinya ga perlu ketemu peralatan lab yang butut, mungkin jumlah anak jalanan&pengemis mungkin akan berkurang, kesehatan masyarkat kurang mampu lebih terjamin, dan kesulitan ekonomi lain di negara kita yg katanya kaya sumber daya alam ini akan berkurang. mungkin.......

Tuesday, November 17, 2009

Lab biokim hari ini

Tadi siang sampe sore, saya praktikum biokimia. Praktikumnya adalah "Isolasi DNA dari Buah". Buah yang digunakan kelompok saya kiwi dan nanas. Cara isolasinya pertama-tama buah dihaluskan dengan mortar dan alu, terus ditambahkan NaCl biar terjadi salting out. Nah, yang menarik buat saya adalah penambahan sabun atau detergen. Jadi menurut asisten, penambahan sabun ini berfungsi merusak membran sel buah. DNA kan terdapat di dalam inti sel, nah membran sel dirusak dulu biar DNA nya bisa keluar dari sel. Membran sel kan dibangun oleh lipid bilayer, oleh karena itu klo direaksikan dengan sabun yang merupakan suatu surfaktan lipid bisa menjadi asam lemak dan gliserol sehingga membran selnya jadi rusak. Nah yang menarik buat saya adalah kenapa klo kulit manusia kena sabun sel kita ngga kenapa-kenapa. Maksud saya, kenapa sabun yang kita pake itu ngga merusak membran sel kulit kita. Sabun yang kita pake sehari-hari itu akan menghilangkan keringat dari kulit kita karena keringat kita yang bersifat nonpolar akan berikatan dengan bagian dari struktur sabun yang nonpolar. Nah saya bingungnya kenapa klo sabun kena bagian tubuh kita ga akan ngerusak sel kita, sedangkan waktu ditambahin ke buah membran selnya bisa rusak. Apa karna dihancurkan dulu ya buahnya, jadi sabun bisa langsung berinteraksi dengan sel-sel bagian dalam buah. Tapi kulit manusia walopun di bagian luar dan sudah membentuk jaringan kan tetep aja tersusun dari sel-sel. aduh masih bingung...........     

PENGENDAPAN SOL HIDROFOB OLEH ELEKTROLIT

 Tujuan
 Menentukan pengaruh penambahan elektrolit pada sol hidrofob
 Menentukan nilai pengendapan ion-ion bervalensi satu dan dua terhadap sol hidrofob tertentu.

 Teori Dasar
Salah satu sifat partikel dispersi koloid dalam medium polar yaitu memiliki muatan listrik pada permukannya. Permukaan bermuatan ini mempengaruhi distribusi ion terdekat dalam medium pendispersi. Ion dengan muatan yang sama tertolak menjauhi permukaan. Akibat hal di atas dan akibat gerakan partikel karena panas timbul lapis rangkap listrik dan distribusi muatan yang baur di sekitarnya. Kestabilan sol hidrofob disebabkan oleh muatan sejenis dari partikel-partikel terdispersi, hingga terjadi tolak menolak antar partikel, dan adanya lapisan rangkap listrik pada antarmuka partikel terdispersi dengan medium pendispersinya. Penambahan elektrolit ke dalam sol hidrofob akan menyebabkan penyempitan bagian baur dari lapis rangkap listrik dan proses adsorpsi ke dalam lapisan Stern.

 Data Pengamatan
Sol besi : 9,19 gr/L
Larutan Rentang Flokulasi Titik Flokulasi
NaF 0,2 M 1-2 mL 1,6 mL
MgSO4 0,005 M 4-5 mL 4,2 mL

 Perhitungan
Cp = Celektrolit x Velektrolit / Vtotal
Vtotal = Velektrolit + Vair + Vsol = 10 mL
 NaF Cp = 0.2 M x 1.6 mL / 10 mL = 0.032 M
 MgSO4 Cp = 0.005 M x 4.2 mL / 10 mL = 0.0021 M
Cp 1 : Cp 2 = 0.032 : 0.0021
 = 100 : 6.5625

 Pembahasan
Semua partikel koloid mempunyai muatan sejenis (positif atau negatif). Oleh karena muatannya sejenis, maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Hal ini mengakibatkan partikel-partikel tersebut tidak mau bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid. Gaya tolak-menolak antar artikel yg bermuatan sejenis tersebut mencegah partikel-partikel koloid bergabung dan mengendap karena gaya gravitasi. Kestabilan koloid juga disebabkan adanya lapis rangkap listrik pada antarmuka partikel terdispersi dan medium terdispersinya. Sistem koloid bersifat netral karena partikel-partikel koloid yang bermuatan menarik ion-ion dengan muatan berlawanan dalam medium pendispersinya. 
Partikel-partikel koloid bersifat stabil karena memiliki muatan listrik yang sejenis. Apabila muatan listrik tersebut hilang, maka partikel-partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk gumpalan. Proses pengumpulan ini disebut flokulasi (floculation) dan gumpalannya disebut flok (flocculant). Gumpalan ini akan mengendap akibat pengaruh gravitasi. Proses penggumpalan partikel-partikel koloid dan pengendapannya ini disebut koagulasi.
Jika suatu elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid, maka partikel-partikel koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation) dari elektrolit. Sementara itu, partikel-partikel koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion) dari elektrolit. Hal ini menyebabkan partikel -partikel koloid tersebut dikelilingi oleh lapisan kedua yang memiliki muatan berlawanan dengan muatan lapisan pertama. Apabila jarak antara lapisan pertama dan kedua cukup dekat, maka muatan keduanya akan hilang sehingga terjadi koagulasi.
Nilai pengendapan merupakan konsentrasi elektrolit minimum yang diperlukan untuk terjadinya flokulasi sol hidrofob dalam waktu tertentu. Perbandingan nilai pengendapan elektrolit bervalensi satu dan dua yaitu 1/1^6 ∶ 1/2^6 atau 100 : 16.
Dari perhitungan, pada percobaan ini diperoleh nilai pengendapan Cp1 : Cp2 = 100 : 6.5625. perbedaan yang cukup besar ini disebabkan oleh kesalahan penentuan rentang daerah volum elektrolit saat terjadi pengendapan terbanyak. Pengamatan yang dilakukan hanya dengan parameter larutan yang paling bening, sehingga hasil yang diperoleh tidak tepat. Campuran sol besi – air – elektrolit pada awalnya berwarna orange selurhnya, kemudian seiring bertambahnya waktu, perlahan-lahan terjadi pengendapan sehingga bagian atas berupa larutan bening dan bagian bawah terdapat gumpalan yang mengendap akibat tertarik gravitasi. Pengendapan terbanyak ditentukan dengan melihat warna larutan yang paling bening. Penentuan dengan cara ini sangat subyektif sehingga diperoleh hasil yang kurang tepat.
   
 Kesimpulan
 Pengaruh penambahan elektrolit pada sol hidrofob yaitu merusak kestabilan koloid sehingga terjadi flokulasi dan koagulasi
 Nilai pengendapan ion-ion bervalensi satu dan dua terhadap sol hidrofob tertentu yaitu Cp1 = 0.032 dan Cp2 = 0.0021

 Daftar pustaka
Atkins, PW. Physical Chemistry 8th ed. Oxford University Press. (hal 682-684)
Petrucci et al. General Chemistry 9th ed. Prentice Hall. (hal 557-559)
http://www.freewebs.com/leosylvi/sifatsifatkoloidsol.htm (tgl akses 28-10-09)
http://virtualworldofscience.wordpress.com/2008/05/01/sistem-koloidmy-chemistry-assignment/ (tgl akses 28-10-09)
http://sistemkoloid.tripod.com/sifat.htm (tgl akses 28-10-09)

Wednesday, November 11, 2009

introduction

Hari ini tanggal 10 November 2009. Tepat pada hari pahlawan, saya membuat blog ini. Tergolong telat sih, mahasiswa tingkat tiga baru mulai bikin blog. Tapi mudah-mudahan "ga ada kata telat untuk mencoba". Saya membuat blog ini buat latihan menulis, karena saya biasanya sulit mengungkapkan pandangan saya baik secara lisan maupun tulisan. Nah sekarang saya mau mencoba mengungkapkan pandangan lewat tulisan, siapa tau berguna buat orang lain atau sekedar menambah variasi warna dalam dunia.