Tuesday, April 6, 2010

Mimpi adalah Kunci untuk Menaklukan Dunia

Judul di atas adalah salah satu kalimat yang terdapat dalam lirik soundtrack film layar lebar “Laskar Pelangi”. Film tersebut adalah karya anak bangsa yang patut diacungkan dua jempol. Film yang diangkat dari novel karangan Andrea Hirata tersebut mengajak kita untuk berani menggantungkan mimpi setinggi-tingginya. Sang penulis, melalui novelnya, menceritakan kepada pembaca bukti keampuhan kekuatan mimpi. Ia menjelaskan dengan sangat menarik betapa suatu hal bernama mimpi mampu mendorongnya untuk bekerja keras hingga akhirnya ia berhasil keluar dari kutukan keterbelakangan pendidikan. Ya, mimpi yang sungguh-sungguh ditanam dalam hati akan mampu membuat pemiliknya bersedia menyebrangi samudra terluas, menggali tanah hingga ke pusat bumi, atau menyusun tangga tertinggi untuk menyentuh bintang di langit. Tidak hanya Andrea Hirata, beberapa orang bermodal mimpi bahkan mampu mencatatkan namanya dalam sejarah dunia. Soichiro Honda, sang pendiri perusahaan besar Jepang “Honda”, juga mengungkapkan bahwa keberhasilan yang diperolehnya berawal dari mimpi. Berangkat dari pendahulu-pendahulu yang telah berhasil menorehkan tinta emas hidupnya dengan pena yang terbuat dari mimpi, tampaknya adalah hal yang baik bila saya pun merangkai mimpi saya sedetail mungkin agar dapat mengenal lebih jelas mimpi-mimpi saya kemudian dengan sungguh-sungguh menghayati dan bertekad untuk menggapainya.
Bagi saya, hidup adalah rangkaian takdir yang sepertinya telah dirangkai oleh Tuhan untuk mencapai muara pada titik tertentu yang saya sendiri pun belum tahu akan dimana titik itu berada. Apa yang saya jalani, seberapa matang pun merencanakannya, tetap Tuhan yang akan menentukan pelaksanaannya. Yang saya ketahui selama ini adalah saya harus benar-benar tahu niat utama atau tujuan perbuatan yang saya rencanakan dan inginkan. Jadi meskipun takdir yang Tuhan lukiskan untuk saya berbeda dengan sketsa yang saya goreskan, tidak akan terlalu bermasalah untuk tetap menerima atau menjalani apa yang Tuhan berikan selama melalui jalur yang berbeda itu saya dapat mencapai tujuan utama. Jadi yang saya tentukan adalah tujuan perbuatan yang saya rencanakan. Saya menuliskan rencana-rencana dengan sebuah pensil kemudian saya berikan penghapusnya kepada Yang Berkuasa, saya biarkan Ia menghapus bagian-bagian yang sesungguhnya tidak perlu saya jalani ataupun yang kurang baik dan saya harus ikhlas melaluinya.
Saya lahir pada 3 April 1989, artinya saya akan segera menginjak usia 21 tahun. Tidak terasa memang, dua puluh tahun lebih sudah saya menghirup udara di bumi ini, menebarkan tangis dan tawa pada peristiwa dan suratan dunia yang saya temui. Ketika masih kecil, saya rangkaikan harapan-harapan saya untuk diwujudkan di masa dewasa. Anak kecil belum terlalu mengenal dunia, sehingga harapan-harapan tersebut begitu membuai saya seakan-akan dapat tergapai tanpa ada hambatan. Ya, mungkin ketika kecil dahulu saya belum begitu mengenal hambatan-hambatan yang ada di bumi. Mungkin ketika kanak-kanak dahulu, setiap saya menoleh ke kiri atau kanan yang ada hanya kegembiraan. Saya di masa kecil mungkin tak pernah mengenal adanya kegagalan, kemalasan, atau keputusasaan. Sehingga yang digantungkan untuk masa depan adalah harapan-harapan sempurna yang kini, ketika dewasa, hanya membuat dada sesak untuk mengingatnya karena belum mampu mewujudkannya. Meskipun tidak semua harapan itu tidak terwujud, ketidaktercapaian beberapa cita-cita masa kecil cukup membuat saya agak takut untuk bermimpi lagi. Saya sangat takut untuk kembali menggantungkan harapan kepada “saya di masa yang akan datang". Tapi perlu diakui, adanya saya sekarang di titik ini adalah akibat dari semangat yang terus menggelora dari harapan-harapan yang terpupuk di masa kecil. Baik dan buruknya, adanya saya di titik ini adalah hal yang saya syukuri.
Mengenai masa depan. Saya sangat senang membayangkan peta dunia. Saya sangat menikmati membaca atlas dan bermimpi dapat menjelajahi kota-kota yang saya baca namanya di atlas, tidak peduli benua atau negaranya, tidak peduli betapa jauh jaraknya dari tempat saya berada sekarang. Saya pun terkadang bingung apakah jurusan yang saya ambil untuk mengisi masa kuliah saya ini adalah jurusan yang tepat bagi saya, karena kerap kali saya merasa bosan dan tidak mampu mempelajari ilmu kimia ini lebih dalam. Terkadang saya berharap dapat bekerja sebagai reporter yang mendatangi tempat-tempat unik untuk dikabarkan pada orang lain yang tidak berkesempatan untuk mengunjunginya atau sebagai backpacker yang hidupnya dihabiskan dalam perjalanan menyusuri permukaan bumi. Tetapi semakin dewasa, tentunya semakin mengenal sifat dunia dan peraturan tak tertulis yang dimilikinya. Dunia seakan menjelaskan kepada saya perbedaan antara fantasi dan kenyataan. Bermimpi dapat menjelajahi dunia seperti “bule-bule” yang hanya bermodal sebuah ransel dan sandal jepit dimasukkan ke dalam sebuah kotak bernama fantasi, sedangkan yang harus saya buka dan tatap lekat adalah sebuah kotak bernama kenyataan. Kenyataan yang saya hadapi sekarang ini adalah bahwa saya seorang mahasiswa Program Studi Kimia ITB yang setiap malam membuka laptop untuk mempelajari berbagai sifat materi yang ada di bumi. Awalnya menarik memang, tetapi entah mengapa ketertarikan saya pada ilmu ini tidak mampu mengalahkan rasa bosan dan lelah sehingga saya kemudian mempertanyakan kadar ketertarikan saya pada bidang yang saya tekuni ini. Dalam kotak bernama kenyataan tersebut terdapat harapan bagi saya untuk dapat menjejakkan kaki ke tempat-tempat impian saya yang tertera dalam atlas, namun dengan syarat saya harus dapat menguasai salah satu bidang kajian ilmu kimia secara mendalam. Saya juga sangat suka mengendarai sepeda. Suatu kali saya sedang penat dengan tugas kuliah yang menumpuk di kepala dan batin saya, kemudian saya mengendarai sepeda dari gerbang belakang kampus ITB menuju gerbang depan. Sepeda meluncur dengan cepat karena jalur yang menurun. Saya sangat menikmatinya dan seketika rasa penat hilang. Kemudian saya harus mengembalikan sepeda tersebut ke gerbang belakang kampus, dengan demikian saya harus melalui jalan yang menanjak. Sangat tidak enak, karena dibutuhkan tenaga yang lebih besar untuk mengayuh sepeda pada jalan yang menanjak. Namun jalan itu tetap harus dilalui karena di mana ada jalan yang menurun pasti ada jalan yang menanjak. Dari pengalaman tersebut saya benar-benar menyadari arti kalimat “bersama kesulitan pasti datang kemudahan”. Apabila saya ingin menikmati kesenangan meluncur pada jalan yang menurun ketika bersepeda, saya harus rela untuk melalui jalan yang menanjak. Kembali pada kotak bernama kenyataan, maka saya simpulkan agar cita-cita saya tercapai dan saya dapat menikmati kebahagiaan menjelajahi permukaan bumi, saya harus rela bekerja keras melawan rasa bosan dan ketidakmampuan saya dalam mempelajari ilmu kimia.
Rencana yang saya miliki untuk 5 tahun ke depan tidak terbatas pada satu jalur saja, ada beberapa jalur alternatif yang dapat saya lalui. Rencana untuk 1 tahun ke depan adalah saya dapat lulus S1 pada Juli 2011. Untuk mencapai tujuan itu maka saya harus dapat menyelesaikan 144 sks wajib plus 12 sks wajib tambahan program Honours dengan baik. Saya ingin sekali mempelajari bahasa Jepang dan Jerman, namun karena kemampuan bahasa Inggris saya belum cukup baik maka pada semester 7 dan 8 saya berniat untuk memperdalam kemampuan bahasa Inggris saya terlebih dahulu. Saya berencana mengikuti TOEFL preparation class pada semester 7 dan English conversation course pada semester 8. Pada semester 7 dan 8 sudah tidak ada praktikum wajib yang menghabiskan waktu 4 jam per hari sehingga saya memiliki waktu yang lebih luang untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris saya melalui kursus. Pada Juni-Juli 2010 saya akan melaksanakan kerja praktek di PT Clariant Indonesia, Tangerang. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan multinasional yang bergerak di bidang chemical industry. Saya berharap dapat memperoleh pengetahuan mengenai aplikasi ilmu kimia pada industri sehingga saya akan lebih bersemangat dalam mempelajari teori-teori ilmu kimia pada perkuliahan.
Setelah lulus kuliah, saya ingin langsung bekerja dan tidak mengambil program fast track. Namun ini masih menjadi hal yang membingungkan. Seorang alumnus memberi saran kepada saya untuk tidak langsung mengambil S2 setelah lulus S1. Ia menyarankan saya terjun ke dunia kerja terlebih dahulu untuk mengenal aplikasi ilmu yang saya pelajari bagi industri, kemudian ketika saya telah menemukan suatu permasalahan menarik pada industri yang saya tekuni dan berkaitan erat dengan basic ilmu kimia yang saya miliki, saat itulah sebaiknya saya mengambil kuliah S2. Namun ada pula yang menyarankan kepada saya untuk langsung melanjutkan perkuliahan ke Strata 2 (mengambil program fast track) karena menurutnya, apabila sudah asyik bekerja atau terikat dengan kesibukan pekerjaan yang sangat padat, akan sulit untuk melanjutkan kuliah ke tingkat yang lebih tinggi. Sedangkan masukan dari teman-teman sesama mahasiswa program Honours adalah apabila memperoleh beasiswa untuk program fast track, sebaiknya kesempatan tersebut diambil. Namun bila tidak dapat memperoleh beasiswa tersebut, setelah lulus kuliah langsung mencari pekerjaan.
Hati saya mengatakan sebaiknya setelah lulus kuliah saya langsung bekerja selama 3-4 tahun. Sepertinya kurang baik bagi saya untuk melanjutkan kuliah dalam keadaan sedang enggan menghadapi rutinitas dan tugas khas mahasiswa kimia. Karena saya adalah orang yang mudah bosan, dalam waktu 3 tahun saya memperkirakan saya akan mengalami kebosanan dalam bekerja dan saat itulah saya akan melanjutkan S2.
Negara tujuan saya untuk mengambil kuliah S2 adalah Swiss, sebuah negara dengan luas wilayah yang tidak cukup besar di benua Eropa. Saya jatuh cinta kepada pemandangan alam yang dimiliki oleh daerah di kaki pegunungan Alpen, bernama Beatenberg. Walaupun belum pernah melihatnya langsung, saya tersihir dan mengatakan pada diri saya bahwa saya harus dapat menginjakkan kaki di sana. Beatenberg adalah daerah dengan luas wilayah 29,2 km2 dan jumlah penduduk 1153 jiwa (pada Desember 2008, sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Beatenberg). Daerah tersebut begitu indah dan tenang, dengan jumlah penduduk yang tidak banyak. Oleh karena itu saya berencana mencari beasiswa untuk berkuliah di Swiss. Ada beberapa universitas terkemuka di Swiss, diantaranya ETH Zurich, University of Zurich, University of Geneva, dan University of Basel. ETH Zurich dikenal sebagai “kampus Einstein”. Ilmu pengetahuan berkembang dengan baik di Swiss. Meskipun luas wilayahnya kecil, Swiss merupakan salah satu negara terkaya di dunia. Mayoritas warga negara Swiss telah memperoleh pendidikan hingga tingkat universitas.terdapat kesempatan yang terbuka bagi warga negara Indonesia untuk dapat berkuliah di Swiss dengan beasiswa dari pemerintah Swiss. Beasiswa tersebut khusus diberikan pada warga negara Indonesia, bukan bagi warga negara anggota ASEAN atau pun bagi mahasiswa Asia. Kesempatan tersebut tentu saja merupakan kesempatan yang saya idam-idamkan. Umur maksimum penerima beasiswa tersebut adalah 35 tahun, dengan demikian saya dapat bekerja dahulu selama 3 tahun sebelum mengajukan beasiswa S2 ke Swiss. Ada satu persyaratan dari beasiswa tersebut yang belum dapat saya temukan cara terbaik untuk memenuhinya, yaitu pengaju beasiswa diharuskan telah memperoleh persetujuan dari salah satu profesor di perguruan tinggi yang dituju bahwa sang profesor bersedia menjadi pembimbing pengaju beasiswa selama berkuliah di Swiss. Sampai saat ini saya belum mengetahui cara memperoleh informasi yang akurat mengenai profesor-profesor di beberapa universitas di Swiss berikut bidang yang ditekuninya.
Terdapat 4 bahasa yang digunakan di Negara Swiss, yaitu bahasa Jerman, Italia, Perancis, dan Romansh. Bahasa tersebut masing-masing digunakan pada wilayah yang berbatasan langsung dengan negara-negara asal masing-masing bahasa. Sebagian besar wilayah di Swiss menggunakan bahasa Jerman. Oleh karena itu saya sangat bersemangat untuk mempelajari bahasa Jerman. Meskipun pada tahun terakhir kuliah saya tidak dapat mengikuti kursus bahasa Jerman karena berencana mengikuti kursus-kursus yang memperdalam kemampuan berbahasa Inggris, sejak saat ini saya sudah mulai mengumpulkan buku-buku yang dapat digunakan untuk memulai belajar bahasa Jerman secara mandiri. Saya berkeinginan kelak dapat bekerja pada perusahaan tempat saya melaksanakan kerja praktek, yaitu PT Clariant Indonesia. Perusahaan tersebut berlokasi di Tangerang, saya berharap dapat mengikuti kursus bahasa Jerman pada tahun pertama saya bekerja nanti karena Tangerang merupakan wilayah perkotaan sehingga akan mudah bagi saya untuk menemukan tempat kursus bahasa Jerman.
Alasan lain saya menginginkan dapat bekerja di PT Clariant Indonesia adalah karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan multinasional yang berpusat di Muttenz, Swiss. Bagi saya, ini merupakan takdir Tuhan sekaligus harapan bagi saya untuk dapat menjejakkan kaki di negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari pegunungan Alpen tersebut. Sebenarnya, PT Clariant Indonesia bukan satu-satunya tempat yang saya inginkan untuk bekerja selepas kuliah nanti. Kuliah Kimia dan Masyarakat pada 25 Maret 2010 lalu telah menawarkan alternatif tempat kerja menarik yang dapat saya catat di daftar rencana hidup saya selepas lulus kuliah. Saya tertarik untuk dapat bekerja di PT Newmont Nusa Tenggara, penyebabnya adalah foto-foto keindahan alam Pulau Sumbawa yang ditampilkan pada presentasi kelas Kimia dan Masyarakat. Ya, mungkin saya adalah orang yang mudah tertarik pada gambaran mengenai keindahan alam yang baru bisa saya lihat di media. Seperti Beatenberg, Pulau Sumbawa memiliki keindahan alam yang mempesona. Selain itu saya pernah bertekad, sebelum melakukan perjalanan menjelajah dunia di luar wilayah territorial ibu pertiwi saya harus dapat mengenal negeri saya sendiri. Karena itu, bekerja di Nusa Tenggara menjadi salah satu keinginan saya. Saya ingin lebih mengenal alamnya, mengenal penduduknya yang meskipun berwarna kulit dan postur tubuh sama dengan saya tetapi pasti memiliki kebiasaan, pola pikir, dan budaya yang jauh berbeda dengan kebiasaan, pola pikir, dan budaya yang selama ini saya jalani. Mengenal keberagaman dan keunikan saudara sebangsa merupakan hal yang menarik dan memicu semangat saya.
Kekayaan alam Sumbawa sangat mengagumkan. Keindahan alam yang ditawarkan oleh Beatenberg adalah panorama pegunungan, sedangkan Sumbawa menawarkan keindahan alam pantai. Pasir putih, air laut yang jernih, berserta biota lautnya yang menawan. Pulau Sumbawa terletak di sebelah timur Pulau Lombok dan di sebelah barat Pulau Komodo. Pulau ini memiliki luas wilayah 14.386 km2 (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Sumbawa). Di pulau tersebut juga terdapat gunung berapi aktif, yaitu Gunung Tambora. Pulau di kawasan timur Indonesia tersebut memiliki daya tarik yang tidak kalah dari Beatenberg di Swiss. Namun sepertinya kawasan pertambangan PT Newmont Nusa Tenggara berada di daerah dekat pantai, sehingga keindahan alam yang dipamerkan pada kelas Kimia dan Masyarakat yang lalu hanya keindahan alam pantai saja. Dengan demikian, Pulau Sumbawa juga merupakan wilayah yang sangat kaya. Pemandangan alam yang indah diberkahi dengan sumber daya mineral tembaga, tidak semua wilayah memilikinya. Seharusnya masyarakat setempat dapat menikmati kehidupan perekonomian yang sangat makmur. Namun kenyataannya, keterbelakangan pendidikan membuat masyarakat setempat hanya dapat menjadi pekerja setingkat buruh pada perusahaan multinasional yang mengeruk hasil tambang di tanah kelahiran mereka.
Aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh PT Newmont Nusa Tenggara bukan tanpa konsekuensi. Perlu dilakukan dilakukan pengawasan yang ketat mengenai dampak aktivitas pertambangan pada keseimbangan ekosistem lingkungan setempat. Bapak M Suryadi, sang pembicara, mengatakan bahwa bila PT Newmont Nusa Tenggara ditutup maka ribuan warga setempat akan menjadi pengangguran. Begitu besar kekuatan perusahaan asing tersebut untuk menopang kehidupan ribuan warga Sumbawa yang bertempat tinggal di sekitar daerah pertambangan. Warga tidak mungkin kembali pada mata pencaharian yang dilakukan oleh nenek moyangnya dahulu, menjadi nelayan ataupun petani madu.
Saya tertarik untuk bekerja di perusahaan tambang asing tersebut. Aktivitas pertambangan tidak bisa dihindari karena selain menyangkut sumber nafkah ribuan jiwa, barang hasil tambang yang diproduksi memang dibutuhkan oleh manusia di seluruh belahan dunia. Yang ingin saya lakukan adalah memanfaatkan ilmu yang saya peroleh selama kurang lebih empat tahun di Program Studi Kimia institute berlambang gajah duduk ini untuk turut membantu meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan oleh aktivitas pertambangan di Pulau Sumbawa. Saya ingin bekerja pada bidang environmental control, dengan demikian saya juga memiliki peran menjaga kelestarian dan keindahan alam Pulau Sumbawa. Apabila rencana tersebut terwujud, berhasil bekerja di PT Newmont Nusa Tenggara, saya ingin sekali merintis usaha kecil-kecilan dari upah bekerja yang saya peroleh untuk membantu meningkatkan lapangan kerja masyarakat setempat yang tidak memperoleh kesempatan bekerja di PT Newmont Nusa Tenggara. Saya ingin menjadi petani madu, lebih tepatnya ingin mempekerjakan beberapa petani madu dengan modal yang saya punya. Saya berniat mempekerjakan beberapa petani madu yang merupakan penduduk asli Pulau Sumbawa, kemudian madu itu saya jual ke Pulau Jawa sehingga saya dapat memberikan upah kepada para petani tersebut. Bagi saya, akan sangat menyenangkan bila hal tersebut dapat terlaksana. Meskipun saya bekerja pada perusahaan asing, tetapi pekerjaan yang saya lakukan adalah menjaga kelestarian alam dan keseimbangan kehidupan berkelanjutan di Pulau Sumbawa sekaligus membantu masyarakat setempat memperoleh pengasilan dari wirausaha. Ya, itu memang mimpi yang sangat menarik. Tetapi untuk mewujudkannya, saya harus menekuni kembali rutinitas saya sebagai mahasiswa kimia dengan sungguh-sungguh agar saya benar-benar dapat menguasai ilmu yang akan berguna bagi menjaga kelestarian alam daerah yang terjamah aktivitas pertambangan.
Jadi, rencana hidup saya lima tahun ke depan adalah lulus kuliah S1 pada tahun 2010, bekerja di PT Clariant Indonesia atau PT Newmont Nusa Tenggara selama tiga tahun, kemudian melanjutkan kuliah S2 dengan negara tujuan Swiss. Bekerja tiga tahun selepas lulus kuliah selain bertujuan mengumpulkan pengalaman, juga bertujuan mengumpulkan modal karena setelah lulus S2 saya memilki rencana berwirausaha. Dengan berwirausaha kita dapat membantu orang lain memperoleh lapangan pekerjaan, selain itu juga saya merasa berwirausaha akan lebih menyenangkan karena seorang wirausahawan dapat dengan bebas menentukan aktivitas dan jadwal kerjanya. Dengan demikian saya dapat bekerja sesuai kemauan saya sendiri tanpa takut akan kontrol atau aturan tidak menyenangkan yang dibuat orang lain.
Ada satu hal yang ingin saya lakukan sebelum melaksanakan S2 di Swiss, yaitu mengajak ibu dan ayah saya menunaikan ibadah haji. Hal ini merupakan salah satu alasan kuat saya untuk segera mencari kerja setelah lulus kuliah. Saya ingin mengumpulkan rupiah sebanyak-banyaknya agar dapat memberangkatkan ayah dan ibu saya untuk menunaikan ibadah haji. Sebenarnya ayah dan ibu saya telah melaksanakan ibadah haji ketika saya duduk di bangku SMA. Namun saya telah melakukan kesalahan yang sampai sekarang pun saya belum berani mengungkapkannya kepada keduanya, terutama kepada ibu saya. Suatu ketika foto-foto kedua orang tua saya ketika menjalankan ibadah haji saya pindahkan dari memory card digital camera ke dalam laptop saya, karena saya ingin menggunakan digital camera tersebut dan harus mengosongkan memory card-nya. Foto-foto tersebut belum saya buat back-up-nya dalam CD atau komputer lain, sehingga kenangan kedua orang tua saya mengenai suasana ibadah haji yang dilakukan keduanya hanya tersimpan di laptop. Di lain hari, saya harus meng-install ulang drive C pada laptop karena gangguan virus pada drive tersebut membuat kerja laptop tidak maksimal. Seluruh data, termasuk foto-foto orang tua saya ketika menunaikan ibadah haji, tersimpan di dalam drive D. Saya meminta bantuan seorang teman yang telah berpengalaman untuk meng-install laptop agar saya tidak perlu mengeluarkan biaya peng-install-an di servise center atau sejenisnya. Namun ternyata terjadi kecelakaan yang tidak diinginkan ketika proses peng-install-an. Karena suatu kesalahan yang tidak disengaja, seluruh drive yang telah terpartisi tersebut mengalami format ulang sehingga seluruh isi drive terhapus, temasuk data pada drive D. Dengan demikian hilanglah sudah satu-satunya kenang-kenangan yang dimiliki ayah dan ibu saya ketika melaksanakan ibadah haji. Saya merasa sangat bersalah hingga tidak berani mengatakan perihal hilangnya foto-foto tersebut kepada ayah dan ibu saya, untung saja dari waktu hilang sampai saat ini ayah dan ibu saya belum menanyakan pernah tentang foto-foto itu. Namun rasa bersalah yang sangat besar itu membuat saya bertekad memberangkatkan ayah dan ibu saya menunaikan ibadah haji kembali agar keduanya dapat memiliki kembali foto-foto pelaksanaan ibadah haji mereka. Karena saya sangat mengerti bahwa pengalaman menunaikan ibadah haji di tanah suci amat berarti bagi keduanya. Tekad tersebut merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kecerobohan yang telah saya lakukan. Saya berharap dapat mengembalikan memori ayah dan ibu saya tersebut sebelum saya melanjutkan kuliah S2.
Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, mimpi masa kecil saya sangat tak terbatas. Bahkan ketika kecil dulu saya berharap di usia dua puluh tahun dapat menancapkan bendera merah-putih di Puncak Himalaya. Namun semakin dewasa, tentu saja saya semakin mampu menyeleksi mimpi-mimpi yang patut dipertahankan. Salah satu mimpi yang masih ingin dipertahankan adalah menikmati indahnya sakura yang hanya mekar satu tahun sekali di Negara Matahri Terbit. Masyarakat Jepang melakukan suatu perayaan yang disebut hanami setiap bunga sakura mekar pada akhir Maret hingga awal April. Karena 21 tahun lalu saya lahir di awal bulan April, saya berharap suatu saat nanti dapat merayakan hari lahir saya sambil menikmati secara langsung indahnya bunga sakura yang bermekaran. Saya anggap mimpi ini masih dapat tercapai, asalkan saya memiliki tekad kuat yang mampu membuat saya bersedia bekerja keras.
Andrea Hirata dalam novel tetraloginya memaparkan kisah perjuangan hidupnya, dari sebuah desa terpencil di Pulau Belitong hingga ke negeri tempat Menara Eiffel berdiri. Dari seonggok mimpi yang dimilikinya, beserta harapan dan keyakinan yang diberikan kedua orang tuanya, didukung dengan bantuan serangkaian takdir yang merupakan jawaban alam atas kemauan dan usaha keras pemohonnya, dan dengan izin Yang Mahakuasa, ia mampu menembus batas-batas ketidakmungkinan yang selalu dilihat orang. Batas-batas ketidakmungkinan yang terlihat oleh kebanyakan orangg, yang membuat mereka berhenti untuk melangkah.
Akan sangat bijak bila kita dapat senantiasa menebarkan senyuman pada takdir yang menghampiri kita, baik takdir itu adalah jawaban atas rencana yang kita rangkaiakan ataupun jalur alternatif yang diberikan oleh Tuhan. Karena Tuhan bukan memberikan kepada kita hal-hal yang kita inginkan, melainkan hal-hal yang kita butuhkan. Karena itu saya pun mengingatkan diri saya untuk tidak takut merangkai mimpi kembali, meskipun masih banyak mimpi-mimpi masa lalu yang belum tercapai. Dan mimpi baru saya sekarang adalah mewujudkan mimpi di masa lalu yang belum sempat saya perjuangkan.

1 comment:

  1. terimakasih pak, saya terbuka pikirannya untuk masuk di uni itu. maaf pak nama beasiswa yg disebut di cerita diatas apa pak>

    ReplyDelete