Wednesday, February 15, 2023

Sekelumit tentang carbon

> Apa yang dimaksud dengan Carbon Pricing?

Carbon Pricing, atau dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai Nilai Ekonomi Karbon (NEK), adalah pemberian harga (valuasi) atas emisi Gas Rumah Kaca/karbon. Carbon Pricing juga merupakan bentuk internalisasi biaya dari eksternalitas negatif berupa emisi Gas Rumah Kaca, sebagai langkah nyata dari “polluters-pay-principle”.

Sumber: Fiskal.kemenkeu.go.id


> Apa yang dimaksud dengan carbon trading?

Perdagangan karbon (carbon trading) merupakan kegiatan jual beli kredit karbon (carbon credit), di mana pembeli menghasilkanemisi karbon yang melebihi batas yang ditetapkan.

Kredit karbon adalah representasi dari hak bagi sebuah perusahaan untuk mengeluarkan sejumlah emisi karbon atau gas rumah kaca lainnya dalam proses industrinya. Satu unit kredit karbon setara dengan penurunan emisi 1 ton karbon dioksida (CO2).

Sumber: https://bumn.go.id/media




Saturday, December 31, 2022

Ksatria

Dan dedaunan menyampaikan berita

Akan ksatria tak berkuda

Berlari kencang bersama angin

Bersenandung harap dan doa

Memayungi istri dan anaknya

Membentengi dari hembusan debu dan hantaman badai

Memimpin keluarga bersandar pada Sang Pencipta

Berjalan

Sebagian orang berpikir akan menyusuri masa depan dengan bersandar pada uangnya, 

sebagian lagi pada prestasinya, 

sebagian lagi pada seseorang terkasihnya, 

sebagian lagi pada teman-teman seperjuangannya, 

sebagian lagi pada pengalaman-pengalaman hidupnya. 


Namun bolehkah saya, bersandar hanya pada Allah saja?


÷÷÷

"Tidaklah seseorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya." (HR. Bukhari no. 5641).

÷÷÷

Rasanya ingin menulis message kepada syaitoonnirrojiim; I'd like to let you know that however hard you try to turn me out of His way and however sometimes I was fooled, I am confident that at the every-end I will win as I always. The harder you try, the closer to Him I'll be.

÷÷÷

Ada kalanya cakrawala tak jingga,

Biru tak sendu,

Cendawan tak menawan.

Tapi air di danau tetap tenang,

Arus sungai masih deras beriak-riak riang.

Adalah kalimat yang terucap oleh hati,

Didengar oleh lisan,

Dilirihkan oleh harapan,

Diukir oleh ketulusan,

Ditautkan oleh percaya,

Tidak lah kan terurai oleh putus asa.

Adalah damai yang selalu bahagia,

Yakin yang selalu tersenyum,

Terbang yang lepas,

Menjelma tenaga yang dahaga.

÷÷÷

Adalah waktu, yang tak bisa berjalan langkah.

Adalah jejak di atas aspal basah, yang tak bisa dibuang.

Adalah air yang telah menguap dan terbang, tak bisa ditangkap dan dikondensasi.

Adalah pucuk surat yang telah terkirim, yang tak bisa ditarik kembali.

Adalah harap, yang tak bisa hidup tanpa arah.

Adalah arah, yang tak bisa terbaca ketika kaki masuk ke pasir hisap.

Adalah rumah, yang selalu dinanti dan berada dalam mimpi.

Adalah perjalanan, yang tak boleh patah mencari tepi.

÷÷÷

Sampai sejauh mana merah akan dibilang merah,

sampai itu pula hijau akan mengadu pada hijau.

Tanpa mengharap hujan mengguyur,

tanah selalu ‘kan menghujam setuju kepada dasar bumi.

Apabila burung terbang tanpa mengepakkan sayapnya pun,

jangkrik selalu ‘kan bernyanyi dan belalang tak 'kan pernah berkicau.

Adalah alunan jingga di ujung senja yang tak lekang,

maka ia pun tak ‘kan kalah dan tergoyah hanya dengan sebongkah puja dan gelak tawa.

÷÷÷

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda : “Wahai Abu Hurairah, jadilah orang yang wara’ (menjaga diri dari dosa kecil & perkara hina), maka engkau akan menjadi sebaik-baiknya ahli ibadah. Jadilah orang yang qona’ah (selalu merasa cukup dengan pemberian Allah), maka engkau akan menjadi orang yang paling bersyukur. Sukailah sesuatu pada manusia sebagaimana engkau suka jika ia ada pada dirimu sendiri maka engkau akan menjadi seorang mukmin yang baik. Berbuat baiklah pada tetanggamu, maka engkau akan menjadi muslim sejati. Kurangilah banyak tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati.”

 (HR. Ibnu Majah no. 4217)

÷÷÷

Baru sedetik yang lalu, membuka halaman2 resep online. Menemukan masakan yang ga mungkin dimakan di sini, baik bikin sendiri maupun beli. Sesaat saja, bergumam, "Wah pengen makan ini, ga bisa. Karena di sini. Ga ada yang ngejual". Untungnya sesaat kemudian, menyahut, "Yang di Indonesia sana, banyak yang ga bisa makan ini juga. Banyak yang ga punya uang jadinya ga bisa makan itu juga, sekalipun jarak dari tempat tinggalnya ke tempat makanan itu dijual ga lebih dari 2 km". Astagfirullah. Astagfirullah. Semakin banyak nikmat yang dirasain malah bikin ngerasa makin pengen memuaskan diri sendiri. Tapi masih untung, alhamdulillah self-controlnya tadi masih ada. Masih untung tadi dari dalam masih ada suara yang menyahut. Masih ada bagian diri yang masih sadar dan masih ingat. Ini bahaya, kalo lupa berkaca pada semesta. Di mana posisi diri sendiri. Kenapa bisa2nya pengennya bikin puas dan senang diri sendiri lagi dan lagi, intens. Astagfirullah. Gak malu, kayak kehilangan kaca. Hidupnya dihabiskannya buat apa, padahal tujuannya apa.

÷÷÷

Flavonoids remind me of a sentence my high school mate told me: Kebanyakan obat pahit kan, tapi efeknya baik. Yes. Please bear the bitterness. It may lead to something blessed. Do not be confused with glucose, the sweet one. At a sufficient amount it gives you energy. But it may lead to a serious effect to your body when it's too much. Many people suffered from high level of glucose, but I barely heard somebody suffered from to much consuming flavonoids. Maybe because of most of people choose to stay with anything sweet. And will run away from anything bitter. So, now please take a look to the flavonoids. You won't get any sweet sensation. They won't make you feel addicted. Of course cause they're not sweet. And please bear the bitterness. Be patience, you'll see the good effect they're blessed with.

÷÷÷

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”

 (Al-Baqarah 216)

÷÷÷

Fallen leaves have fallen 

Poems found their soul that was lost in the nebulous  

A thankful note to those who delivered a drawing on the beautiful dusk 

The poems' acquiescing their vague meaning flew to the wind direction that was jumbled  

A hope whispers with the breeze of the dawn 

The poems will be back to be written for their paradise

Tuesday, May 19, 2015

Breast cancer clinic with woman doctor

Although mostly women experience breast cancer, people all over the world know that not all of the breast cancer doctors are women. Here I recommend a breast cancer clinic that has a woman doctor, I hope this info would be useful for women who live in area between Tokyo and Yokohama particularly those reached by Tokyu Den-en-toshi Line. Actually it was quite not easy to find "jose no sensei" for breast cancer in this area.

This clinic, named "ITO YOKOHAMA CLINIC", is located not so far from Tama Plaza station. Check this website for more info about the schedule, prizes, and what kind of diagnose or treatment that you need. The webpage is in Japanese, but google can help you to translate anyway :)

http://www.ito-yokohama-clinic.com/
If you are in a rush or need super quick info, you can paste this address to your map or dial the phone number:
〒225-0002
横浜市青葉区美しが丘
2-17-2
TEL:045-902-9201

Trust me, the doctor is very kind yet professional! If you don't speak Japanese, I suggest you to come with somebody who can translate to your language. Luckily I was accompanied by a Japanese friend, she helped me a lot starting from finding this clinic's webpage, filling out registration forms (in Japanese), and lastly translating the doctor's diagnosis. Anyway don't worry, during examination the doctor shall guide you in simple English.
As long as you have health insurance, you won't pay a lot for early detection of breast cancer. I was examined by mammary gland echo, a kind of ultrasonography method. They will give you a card and record the doctor's diagnosis for you. It's better to check annually, even though you're not experiencing breast cancer. For example in my case I do not have breast cancer at the moment (gratefully) but ever since there is one of my relatives who does, I have to always update my records at least once a year. Genetic is not the only factor that may cause a cancer. Keep positive mind, always think that you are healthy. Keep a healthy mind is as important as keep a healthy body. Stay away from anything that may ruin your wonderful days! Always stay in positive and lovely environment! Hope this short info would be helpful :)






Sunday, May 10, 2015

First Halal Bakery in Tokyo

Yesterday I was looking for a cafe to have a sit, read some books and take some notes. What popped up on my head were Starbucks and Saint Marc (Chococro) cafe, as many of you may do so. But a friend suggested me this bakery as an alternative, since we were planning to go somewhere not so far from the center of Tokyo.

Liaison is a Halal-certified bakery located at about 10 minutes (on foot) from Mita station, Tokyo. The shop open from 9 AM until 7 PM everyday, except Friday (day-off).
Here is the address:
〒108-0073 東京都港区三田4丁目1−9
http://goo.gl/maps/8aKkI

 

Actually it ain't a cafe like Starbucks nor Excelsior, but it was cozy enough for a Moslem to spend couple of hours there since it offers many choices of "edible" foods and drinks. It doesn't provide wifi, but electricity plugs are available. Unfortunately it doesn't have a praying space for the customers (anyway my friend said she's gonna give suggestion to the shop owner).
This halal bakery serves about 20 kinds of bread. So far, I've tried 4 kinds and none of them was disappointing. They were delicious! I strongly recommend you to try chicken-curry bread (kare-pan) and strawberry pastry.

 

Wednesday, May 6, 2015

Prayer Room for Moslem at Haneda and Incheon Airports

Last new-year holiday I flew out of Tokyo on Korean Air, headed to my homecountry. Departed from Haneda (Tokyo, Japan) and transited at Incheon airport (Incheon, South Korea). Here I am sharing some info regarding prayer room for Moslem provided by both airports. In Haneda airport, the prayer room was relatively easy to be found. It is located at the 3rd floor. If you go up using the elevator, as the door open you'll find an information desk. Then turn left, walk to the very corner. It is also clearly written on the homepage of Haneda Airport (http://www.haneda-airport.jp/inter/en/premises/service/others.html#pray) as the map is easy to understand.
The door of the prayer room is always locked. You should click on the intercom's button (hanged on the wall, right side of the door) and ask for permission to the officer to use the prayer room. They will always give you permission to use that room after you speak in the intercom either in English or Japanese.
You can take wudhu inside the room. Your compass or qibla director may not work inside the airport, but don't worry since the prayer room also provides wind-direction indicator at the corner of the roof. Let's keep the prayer room clean, do not eat or sleep inside :)
Move to the prayer room at Incheon Airport. Since the airport itself is very huge, it was quite difficult for me to find the prayer room. Well, it seems that there are several prayer rooms there (for many religions) so that one could not find Moslem's prayer room just by following information written on the homepage of Incheon Airport (http://www.airport.kr/iiacms/pageWork.iia?_scode=C2603030900). Even if you ask to some airport's officers, it may difficult for you to find since only few officers know where the Moslem's prayer room is and also very few of them noticed that the info on the web is different from the actual location. I realized this after looking around the airport and talked to several officers. Some of them didn't know and some of them gave me wrong info. Until finally I found the officer that showed me the exact location and told me that it's different from the location mentioned in the homepage. Honestly this is the reason I am writing this article. On the webpage, it's written that prayer room is located near to gate 29.
Actually, Moslem's prayer room at Incheon Airport is located near to gate 24 (duty-free area).
It is on the side that facing the windows (of the airport) and some chairs for departures waiting, not on the side that facing the main corridor. Find the following:
The room doesn't provide water faucet for taking wudhu. However you could find toilet not so far from the gate 24. As shown in figure bellow, the Qibla is drawn (by somebody else, not by me!) on the wall. In the case of that drawing has already been removed, hmmm let me try to remember. The arrow was drawn on the back side of the wall standing right in front of the door. So, the Qibla maybe 45 degree to the left from the door. But I really am not sure! Please figure it out by yourself, I am sorry.
However, I hope this article could help you to find Moslem's prayer room in these airports. Especially in Incheon Airport where the actual location of Moslem's prayer room is different from that is written on the homepage. Good luck!

Sunday, February 8, 2015

Mango

Sore tadi cukup dingin, saya bersama seorang teman satu Lab yang berasal dari Mongolia menikmati makanan hangat di kantin kampus. Kami mengobrol sana-sini, bercerita ke sana kemari. Berasal dari “alam” yang berbeda, saya dari tropical country dan sang teman ini dari negara yang saat musim dingin bisa mencapai -30 derajat Celcius di malam hari, kami bertukar cerita tentang hal-hal yang satu sama lain belum pernah jumpai. Ia meng-google kata “mango” di mesin pencari smart phone-nya, mengklik “images” lalu memperlihatkannya kepada saya. “Di negara kamu ada buah ini ya?”, katanya. “Emm!”, jawab saya mantap sambil mengangguk. “Udah pernah makan dong?” “Tentu dong. Nenek saya punya dua pohon mangga yang kalo lagi berbuah buannyakk banget.” “Saya baru pernah makan dried-mango, belum pernah makan yang masih segar seperti di gambar ini. Rasanya sama nggak?”, tanyanya sambil tersenyum. “Saya belum pernah makan dried-mango,” saya mencoba mengingat-ingat, dan tak bisa menemukan bagaimana rasanya dried-mango. “Nanti deh coba saya beli di sini terus saya ceritain ke kamu seberapa beda sama buah aslinya.” Mata kami kembali pada mangkuk dan makanan masing-masing, hingga kemudian saya mengangkat kepala dan menatapnya. “Seriusan, belum pernah makan mangga? Sekali-pun, nyobain, belum pernah?” Ia menggelengkan kepala. “Di negara saya cuma ada apel, jeruk, pisang, hemmm apa lagi yah..”, katanya sambil mencoba mengingat-ingat. “Gak mudah menanam buah di negara kami, kami mengimpor”, lanjutnya. Ia kembali menatap layar smart phone-nya, men-scroll ke bawah. Jemarinya berhenti saat matanya menangkap salah satu gambar yang kemudian diperlihatkan ke saya. Gambar mangga yang dipotong “bunga” kalau sebutan ibu saya. Mangga tanpa dikupas dipotong sejajar bijinya, kemudian dibuat garis-garis vertikal dan horizontal sehingga daging buahnya jadi kotak-kotak tapi tetap melekat pada kulit mangga dan setelah permukaan kulit mangga ditekan sedikit jadilah nampak seperti bunga yang mekar. Teman saya ini menatapnya, benar-benar menatapnya, sambil tersenyum. “Kamu udah pernah makan yang di-kayak-gini-in juga?”, tanyanya masih sambil tersenyum. “Iya. Waktu masih SD saya sering makan mangga digituin, hehe..”, jawab saya sambil heran dengan cara dia melihat gambar itu. Saya memperhatikan teman saya yang masih memandangi gambar itu, mencoba-coba menerka apa yang sedang ia pikirkan. Mungkin dia menyadari betapa lama ia memandangi gambar itu sehingga ketika akhirnya pandangan kami bertemu kembali, kami tersenyum dan melepas tawa. Ya, dia pengen nyobain makan mangga terutama yang dipotong bunga. Sangat pengen, kelihatannya. Sebagaimana saya pengen bertemu kangguru dan koala, mungkin makan buah mangga beneran bagi teman saya ini seperti mimpi. Sesuatu yang dia anggap mustahil akan pernah dialaminya. Seketika itu, saya benar-benar merasa seperti orang kaya. Seketika itu, saya baru menyadari betapa beruntungnya pernah merasakan makan mangga yang masih segar. Seketika itu saya baru sadar bahwa saya selama ini tidak pintar mengapresiasi salah satu kesempatan luar biasa yang Allah berikan; menikmati buah mangga.
فَبِاَيِّ اٰلَٓاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?"
(QS Ar-Rahman ayat 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, dan 77)